Bumi sudah semakin panas, pemanasan global sudah menjadi isyu dunia. Mari berpartisifasi menurunkan emisi dengan menggunakan EFT untuk kendaraan Anda

Senin, 10 November 2008

Tips Mengisi Bensin


Sebagaimana kebutuhan makanan dan minuman bagi manusia, kebutuhan akan bahan bakar bagi kendaraan juga merupakan kebutuhan primer. Karena itu mengisi BBM di SPBU dengan antrian yang panjang merupakan pemandangan umum dan sering kita alami. Namun tidak setiap SPBU dapat melakukan pelayanan sesuai harapan konsumen ketika mengisi BBM (bensin). Beberapa faktor penyebab di antaranya adalah secara internal di SPBU tertentu masih ada yang takarannya tidak tepat karena ingin mengambil keuntungan yang lebih, namun ada juga yang disebabkan karena sifat dari bensin itu sendiri serta pengaruh proses pengisian bensin ke dalam tangki kendaraan. Beberapa tips berikut dapat dijadikan acuan agar dalam membeli bensin mendapatkan hasil yang optimal.

1. Isilah Bensin pada Pagi Hari di SPBU yang Anda Percaya

Mengisi bensin untuk kendaraan anda sebaiknya hanya di pagi hari atau subuh saat temperatur tanah masih dingin. Mengingat di semua SPBU menyimpan bensin dengan tangki di dalam tanah. Semakin dingin temperatur tanah akan membuat densitas (tingkat cair) bensin semakin baik. Saat temperatur mulai hangat, bensin akan mengembang, sehingga saat membeli bensin di siang atau sore hari maka jumlah cairan bensin di kendaraan anda tindak benar-benar satu tangki.

Di dalam bisnis bahan bakar, pengaturan grafitasi bumi,temperatur dari bensin, solar, bahan bakar jet atau produk bahan bakar yang lain, mendapat pengaturan yang sangat penting. Kenaikan satu derajat saja, memiliki pengaruh yang besar dalam bisnis ini. Tetapi umumnya pom bensin tidak memiliki alat pengatur kompensasi temperatur di mesin mereka.

2. Atur Kecepatan Aliran Pipa Bensin Dalam Mode Slow

Jika kita perhatikan dengan seksama pada gagang kran ada 3 tingkatan kecepatan laju keluarnya bensin yaitu: low, middle dan high. Karena itu sebaiknya pada saat mengisi bensin gunakan mode low ini. Biasanya ini hanya digunakan untuk SPBU yang swalayan seperti di luar negeri. Dengan menggunakan mode low berarti Anda mengatur pompa aliran bensin dalam kecepatan rendah, sehingga meminimalkan terjadinya penguapan saat bensin dipompa. Sebagai informasi, semua gagang kran bensin mempunyai saluran untuk menghisap uap (vapor return). Karena itu jika Anda memompa pada mode fast, maka ada bagian cairan bensin di tangki mobil Anda yang menjadi uap. Uap bensin itu akan dihisap oleh ujung kran
pipa pom dan dikembalikan ke tangki penyimpanan di dalam tanah sehingga jumlah bensin yang Anda bayar jadi berkurang.

3. Isi Bensin Saat Tangki Kendaraan Masih Terisi Setengah

Mengisi bensin sebaiknya jangan sampai setelah tangki kosong, karena semakin banyak gas ada di dalam tangki kendaraan, maka udara yang yang ada semakin sedikit. Bensin dapat menguap lebih cepat dari yang anda bayangkan. Bila hal ini terjadi peluang volume bensin yang masuk ke tangki kendaraan Anda berkurang besar. Oleh sebab itu isilah bensin saat tangki kendaraan masih setengah.

4. Jangan Mengisi Bensin Kalau Pom Sedang Diisi (ada truk tangki yang sedang mengisi)

Bagi Anda yang hendak mengisi bensin, jangan mengisi bensin jika melihat ada truk tangki yang sedang mengisi di SPBU tersebut. Karena pada saat truk tangki mengisi bensin ke dalam tangki penyimpanan, ada uap (gas) yang ikut terbawa, dan kotoran yang ada di dasar tangki bisa teraduk dan terangkat ke atas dan masuk ke dalam kendaraan anda. Bila hal ini terjadi kotoran tersebut akan menyumbat laju bensin sehingga suplai bensin ke karburator atau injector terhambat yang sering menyebabkan kendaraan tersendat-sendat bahkan mogok. Untuk jangka panjang kotoran ini akan berubah menjadi kerak dalam mesin kendaraan Anda. Karena itu isilah bensin saat tidak ada truk yang mengisi bensin ke tempat tangki penyimpanan SPBU.

Oleh : Harmonis Santara (dari berbagai referensi)

Rabu, 05 November 2008

Bensin dan Permasalahannya


Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat diiringi dengan meningkatnya aktivitas manusia di semua sektor. Mobilitas yang tinggi ini membutuhkan sarana transportasi dalam rangka distribusi barang produksi. Karena itu kebutuhan energi menjadi sesuatu yang tidak terelakkan.Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan. Kita mengenal salah satu jenis BBM dengan sebutan bensin atau istilah yang kita dengar di SPBU adalah premium.

Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai.

Jika kita membakar bensin pada kondisi ideal, dengan oksigen berlimpah, maka akan dihasilkan CO2, H2O dan energi panas. 1 galon bensin (4,5 liter) mengandung 132 x 106 joule energi, yang ekuivalen dengan 125.000 BTU (British Thermal Unit) atau 37 kwh. Jika manusia bisa mencerna bensin, maka dengan meminum 1 galon bensin ini akan sama dengan memakan 110 hamburger, tetapi kenyataannya tubuh manusia tidak memiliki enzim yang bisa mengubah bensin ini menjadi CO2 dan H2O, sehingga tidak bisa menyerap energi yang dikandung di dalam bensin.

Asal Muasal Bensin

Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon; atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-beda.

Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki sifat dan kelakuan yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling ringan bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin berat. Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana dan butana. Dalam temperatur dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masing-masing -107, -67,-43 dan -18 derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18 berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat.

Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya, sehingga kita bisa memisahkan hidrokarbon ini dengan cara destilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi hidrokarbon dari minyak mentah.

Penambahan Zat Additif

Menambahkan tetraetil lead pada bensin akan meningkatkan bilangan oktan bensin tersebut, sehingga bensin dapat digunakan dan aman untuk mesin dengan menambahkan lead (timbal) ini. Tetapi akibatnya adalah bumi yang kita tinggali ini diselimuti oleh lapisan tipis lead, dan lead ini berbahaya untuk makhluk hidup, termasuk manusia. Sehingga di negara-negara maju, lead sudah dilarang untuk dipakai sebagai bahan campuran bensin.

Zat tambahan lainnya yang sering dicampurkan ke dalam bensin adalah MTBE (methyl tertiary butyl ether), yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE ini selain dapat meningkatkan bilangan oktan, juga dapat menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO. Tetapi, belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air, sehingga jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin (misalnya di pom bensin) dan MTBE ini masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum lainnya.

Dampak Penggunaan Bensin

Bensin yang digunakan oleh kendaraan akan menimbulkan dua masalah utama. Masalah pertama adalah asap dan ozon di kota-kota besar. Masalah kedua adalah karbon dan gas rumah kaca.

Idealnya, ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, akan menghasilkan CO2 dan H2O saja. Kenyataannya pembakaran di dalam mesin tidaklah sempurna, dalam proses pembakaran bensin, dihasilkan juga:

  • Karbon monoksida, CO, yang merupakan gas beracun.
  • Nitrogen oksida, NOx, sebagai sumber utama asap di perkotaan yang jumlah kendaraannya sangat banyak.
  • Hidrokarbon yang tidak terbakar, sebagai sumber utama ozon di perkotaan.
    Berbeda dengan lapisan ozon yang berada di atmosfer atas (stratosfer) yang berguna bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, ozon yang kontak langsung dengan manusia dan makhluk hidup ini berbahaya, karena bersifat oksidator.

Karbon juga menjadi masalah, ketika karbon dibakar akan berubah menjadi CO2 yang merupakan gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini akan menyebabkan perubahan iklim bumi (pemanasan global), naiknya permukaan air laut (karena es di kutub mencair), banjir, terancamnya kota-kota di pesisir pantai, dan sebagainya.

Oleh karena alasan-alasan inilah, para ilmuwan sekarang sedang berusaha untuk mengganti bahan bakar bensin dengan bahan bakar hidrogen yang lebih ramah lingkungan, karena jika H2 ini direaksikan dengan O2 hanya akan menghasilkan air (uap air).

Oleh : Harmonis Santara (sumber : M. Lutfi Firdaus dan bahan bacaan lain)

Selasa, 04 November 2008

Bahan Bakar Minyak dari Fosil Salah Satu Penyebab Hujan Asam


Bensin (premium), pertamax dan pertamax plus yang diproduksi pertamina atau berbagai BBM lain dari produsen asing adalah bahan bakar yang berasal dari fosil tumbuhan atau hewan yang sudah berusia ribuan tahun dalam bumi. Bahan bakar fosil ini juga sering disebut bahan bakar mineral, yaitu sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum dan gas alam.

Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbondioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global. Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbondioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbondioksida di udara.

Hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkit listrik dan alat transportasi. Secara langsung atau tidak langsung penggunaan energi berbahan baku fosil ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup, karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya yang lebih dikenal dengan istilah gas buang. Zat pencemar dalam gas buang diantaranya adalah karbon dioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), Partikulat (PM 10, PM 2,5, TSP dan Partikel debu lainnya), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), Pb (Timah Hitam) dan zat berbahaya lain.

Untuk beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya yang pernah diteliti hasilnya menunjukkan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil dengan berbagai gas buang yang berbahaya bagi kesehatan, juga dapat menyebabkan hujan asam. Emisi NOx (Nitrogen oksida) yang lepas ke udara berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Selain itu emisi SO2 (Sulfur dioksida) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam lepas ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Emisi gas NOx dan SO2 bila lepas ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan Jika dari awan tersebut turun hujan, maka air hujan tersebut menjadi bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”), dan peristiwa ini sering kita dengar dengan istilah “hujan asam”.

Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).

Lalu apakah secara terus menerus kita akan membiarkan kondisi ini berlangsung ? Pastilah sebagai warga negara yang baik kita tidak hendak menginginkan ini, karena efeknya juga buruk buat kita dan generasi berikutnya. Partisipasi yang dapat kita lakukan adalah dengan mengurangi atau menghemat penggunaan bahan bakar fosil dalam aktivitas keseharian kita. Paling tidak mari menggunakan bahan bakar yang emisi gas buangnya kecil. Beralih ke bahan bakar non fosil saat ini belum memungkinkan secara utuh, karena itu upaya kecil yang dapat dilakukan adalah sedapat mungkin pembakaran BBM pada kendaraan kita sesempurna mungkin sehingga gas buangnya lebih sedikit. Menggunakan alat tambahan untuk menyempurnakan pembakaran BBM pada kendaraan seperti Elecric Fuel Treatment (EFT) merupakan salah satu pilihan kita, karena dengan menggunakan EFT selain berefek terhadap penghematan BBM, juga dapat menyempurnakan pembakaran. Saatnya kita peduli dengan lingkungan dan generasi berikutnya.

Oleh : Harmonis Santara (dari berbagai referensi).