Bumi sudah semakin panas, pemanasan global sudah menjadi isyu dunia. Mari berpartisifasi menurunkan emisi dengan menggunakan EFT untuk kendaraan Anda

Minggu, 21 September 2008

Periksa Emisi Gas Buang Kendaraan Anda Demi Kesehatan


Minggu, tepatnya tanggal 14 September 2008 di jalan Pramuka Jakarta Pusat tampak sangat lengang. Tidak ada kendaraan bermotor yang melintas. Hanya serombongan anak muda yang berjalan santai atau sekedar olah raga ringan melintasi jalan itu. Tidak ada lalu lalang kendaraan yang biasanya padat bahkan kadang bikin macet di jalan itu. Ya, hal itu terjadi karena pada hari itu diberlakukan hari bebas kendaraan bermotor. Konon pemerintah DKI Jakarta akan memberlakukan hal yang sama untuk beberapa ruas jalan yang lain setiap minggu.

Program ini pantas mendapat dukungan masyarakat dalam rangka mengurangi tingkat pencemaran udara di Jakarta akibat emisi gas buang kendaraan yang sudah mencapai tingkat memprihatinkan. Tingkat pencemaran udara dari emisi gas buang kendaraan ini mempunyai kontribusi lebih dari 70 %.

Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit.

Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual, pada kendaraan yang berbahan bakar solar selalu terlihat asap dari knalpot, sedangkan untuk kendaraan yang berbahan bakar bensin umumnya tidak terlihat asap pada knalpotnya.

Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan uap air, tetapi di dalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar utama yang terdapat di dalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbonmonoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbal (PB). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbal organik, dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem.

Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain. Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di lingkungan jalan raya, dan ada pula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi (photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin.

Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil seperti limbah (Pb), beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa.

Emisi gas buang kendaraan bermotor juga cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi asam. Pengalaman di negara maju membuktikan bahwa kondisi seperti ini dapat menyebabkan terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan beberapa mineral/logam, sehingga logam tersebut dapat mencemari lingkungan.

Dampak Terhadap Kesehatan

Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk mejalankan kendaraan bermotor. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu lintas, penjaja makanan sering kali terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi. Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu. Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade be lakangan ini. Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain di antara kedua pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru-paru atau organ tubuh lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun khronis, dan kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain seperti paru, misalnya sistem syaraf. Karena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa secara bersamaan, sering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa mana atau kombinasi senyawa yang mana yang paling berperan memberikan pengaruh membahayakan terhadap kesehatan.

Tingginya tingkat pencemaran udara oleh kendaraan bermotor ini harusnya menjadii tanggungjawab kita bersama. Bagi pemilik kendaraan sudah seharusnya memperhatikan tingkat emisi gas buang kendaraannya dengan cara melakukan uji emisi secara berkala.

Untuk menghilangkan emisi gas buang seluruhnya, merupakan hal sulit untuk dilakukan, namun menjaga emisi gas buang kendaraan di bawah ambang batas toleransi adalah hal yang paling mungkin dilakukan. Baku mutu emisi kendaraan bermotor yang masih dapat ditoleransi untuk kendaraan berbahan bakar bensin maupun solar adalah sebagai berikut :

Kendaraan Karburator

Kendaraan bensin pembuatan di bawah th 1985 kadar CO sekitar 4,0 %, kadar HC sekitar 1000 ppm.

Kendaraan bensin tahun pembuatan 1986-1995 kadar CO ideal 3,5 %, kadar HC ideal 800 ppm

Kendaraan bensin > th 1996 kadar CO ideal 3,0 %, kadar HC ideal 700 ppm

Kendaraan Sistem Injeksi

Kendaraan bensin system injeksi pembuatan tahun 1986-1995 kadar CO ideal 3,0 %, kadar HC ideal 600 ppm

Kendaraan bensin system injeksi di atas th 1996 kadar CO ideal 2,5 %, kadar HC ideal 500 ppm

Kendaraan Solar

Kendaraan solar pembuatan di bawah th 1985 opasitas ideal 50 %

Kendaraan solar pembuatan 1986-1995 opasitas ideal 45 %

Kendaraan solar pembuatan > th 1996 opasitas ideal 40 %

Oleh : Harmonis dari berbagai sumber.